Literasi Bisnis – Jam kiamat, akhir-akhir ini heboh dibicarakan berbagai orang di mancanegara. Kini maju 90 detik hingga tengah malam yang diakibatkan invasi Rusia ke Ukraina.
Peristiwa ini menandakan peningkatan risiko keberlangsungan hidup manusia dari bayang-bayang nuklir. Selain itu juga dipengaruhi kondisi krisis iklim yang terjadi secara global.
Sebelum jauh membahasnya mari kita mengenal “jam kiamat” terlebih dahulu. Dikutip dari berbagai sumber, jam kiamat ialah jam simbolis yang digunakan sebagai tolok ukur terhadap risiko bencana global buatan manusia. Pertama kali dibuat pada tahun 1947 oleh Bulletin of the Atomic Scientists.
Bulletin itu sendiri didirikan oleh Albert Einstein dan kawan-kawan, pada tahun 1945. Pada tahun 2020 jam kiamat digambarkan dengan 100 detik menuju tengah malam. Sedangkan di tahun 1991 jam ini disetel 17 menit-tengah malam, sekaligus menandakan berakhirnya perang dingin.
Namun akhir-akhir ini heboh diperbincangkan dunia, lantaran para ilmuan memajukannya menjadi 90 detik pada Selasa (24/01/2023). Menurut beberapa sumber, majunya jam kali ini merupakan paling dekat daripada sebelumnya. Sehingga hangat diperbincangkan internasional.
Baca juga: Modus Penipuan Baru, Link Undangan Nikah Digital di Whatsapp
Maju mundurnya jam ini disesuaikan dengan kondisi iklikm global. Dilansir dari akun instagram @narasinewsroom, pengubahan detik jam menggunakan beberapa data tertentu.
“Penentuan jam berdasarkan data, seperti jumlah senjata nuklir di dunia, jumlah karbon dioksida, dan laju kenaikan permukaan laut.” Dikutip dari unggahan akun tersebut.
Jika jarak detik ke tengah malam semakin dekat, artinya dunia sedang menghadapi ancaman global. Seperti dilansir dari cnbcindonesia.com, “Hal itu menandakan peningkatan risiko kelangsungan hidup umat manusia dari bayang-bayang nuklir atas konflik Ukraina dan krisis iklim yang berkembang.”
Namun pemajuan jam ini tidak semata-mata akibat invasi Rusia ke Ukraina serta meningkatnya eskalasi nuklir. Menurut Bulletin;
“Hal ini juga dipengaruhi oleh ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh krisis iklim dan runtuhnya norma dan institusi global yang diperlukan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan kemajuan teknologi dan ancaman biologis seperti Covid-19.”
Jarum jam ini sebagai gambaran metafora tentang seberapa dekat umat manusia dengan pemusnahan diri. Dan kali ini menjadi yang terdekat sepanjang sejarah, setelah tahun 2020 yaitu 100 detik. Artinya berkurang 10 detik dan menjadi 90 detik hingga ke tengah malam.
Dalam pengaturan jam kiamat ini akan diatur ulang setiap tahunnya oleh dewan sains dan keamanan Bulletin, serta dewan sponsornya (10 pemenang Nobel).
Baca Juga: 4 Cara Menghitung Valuasi Saham Teknologi, Ketahui Formula Ini!
Sedangkan dikutip dari cnnindonesia.com, beberapa pakar mengkritik akan penggunaan jam kiamat ini. Seperti Michael E. Mann dari Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan di Pennsylvania University, Amerika Serikat.
Ia mengungkapkan, “Ini (Jam Kiamat) adalah metafora yang tidak sempurna,” namun dia juga mengakui “tetap menjadi perangkat retoris penting yang mengingatkan kita, tahun demi tahun, tentang lemahnya keberadaan kita sekarang di planet ini,” kata Michael.
Jadi jam kiamat bukan ditunjukkan untuk menunjukkan kiamat yang sesungguhnya. Jam ini hanya sebagai media untuk mendorong percakapan dan keterlibatan publik dalam persoalan perubahan iklim dan eskalasi nuklir. Sehingga dapat menimbulkan dampak positif pada kebiasaan sehari-hari manusia secara global.