Potensi Kerugian Ekonomi Indonesia Capai Rp 188 Triliun Akibat Pencabutan Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023

Ekonomi182 Dilihat

Literasibisnis.com – Institute for Development of Economics and Finance (Inderf) merilis hasil penelitiannya tentang potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat pencabutan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Menurut Nailul Huda, seorang peneliti Inderf, potensi kerugian ekonomi Indonesia mencapai Rp 188 triliun.

Potensi kerugian tersebut berasal dari potensi pengeluaran secara langsung yang mencapai Rp 110 triliun, seperti biaya akomodasi penginapan hotel, transportasi hingga makanan dan minuman. Sementara itu, potensi pengeluaran tidak langsung yang mencapai Rp 78 triliun.

“Kerugian sebesar Rp 78 triliun berasal dari biaya membeli oleh-oleh hingga biaya hiburan lainnya jika para pendukung dari setiap negara yang bertanding ingin sambil berlibur,” ujarnya.

Baca Juga : Cara Pembayaran UTBK 2023 Melalui BRImo dan Cabang BRI

Nailul Huda sendiri, mengambil data tersebut dari Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan rata-rata besaran pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada tahun lalu.

Potensi kerugian ekonomi ini juga turut menghilangkan potensi keuntungan bagi para UMKM di bidang suvenir, makanan dan minuman.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Bidang UMKM/IKM APINDO, Ronald Walla mengungkapkan bahwa kapasitas sebuah stadion mencapai 15 ribu – 100 ribu orang. Dengan angka itu, jika rata-rata pengunjung mencapai 30 ribu orang per hari, di mana per orang mengeluarkan Rp 100 ribu, maka omzet para pedagang dapat mencapai Rp 1 miliar per hari.

“Apabila rata-rata jumlah pengunjung sehari mencapai 30.000 pengunjung, dan misal sepertiga pengunjung mengeluarkan biaya untuk belanja makanan atau minuman plus souvenir Rp 100.000 per orang, secara konservatif omzet mereka bisa mencapai Rp 1 miliar,” jelasnya.

Pencabutan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 tentunya menjadi sebuah kerugian yang besar bagi Indonesia, terutama bagi sektor ekonomi.

Hal ini perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia agar lebih memperhatikan persiapan penyelenggaraan event besar di masa depan.(*).

**) Ikuti berita terbaru Literasi Bisnis di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *